PLASENTA PREVIA
1. Definisi
a.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan
lahir, (prae: didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau
sebagian osium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding
depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. (Obsterti
Patologi,
Edisi 1984).
b.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum. (2).
c.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
subnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi seluruh atau
sebagian jalan lahir. (1).
2. Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa dibagi kedalam tiga bagian
yaitu:
1)
Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh
plasenta.
2)
Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium
tetutup oleh plasenta.
3)
Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium
terdapat jaringan plasenta. (Obsterti
Patologi, Edisi 1984).
4) plasenta letak rendah : berada pada segmen bawah rahim
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan
pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam gambar berikut
:
|
jenis plasenta previa |
3. Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade
multi para. Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin
dan leiomioma uteri. (2).
a.
Anamnesis: Perdarahan jalan lahir berwana merah segar
tanpa rasa nyeri. Tanpa sebab terutama pada multi para.
b.
Pemeriksaan fisik
1)
Pemeriksaan luar, bagian tebawah janin biasanya belum
masuk pintu atas panggul. Ada kelainan letak jain.
2)
Pemeriksaan inspekulo, perdarahan berasal dari usteum
uteri eksternum.
c.
Penentun letak plasenta secara lansung baru dikerjakan
jika fasilitas lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi, disebut
dalam pemeriksaan dalam meja operasi(PDMO), caranya sebagai berikut:
1)
Perabaan fornik, hanya bermakna jika janin persentasi
kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul.
Perlahan-lahan raba seluruh forniks dengan jari. Perabaan lunak jika antara jari
dan kepala terdapat plasenta
2)
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada
perabaan forniks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis
telah terbuka, perlahan-lahan masukan jari sekali-sekali berusaha menyusuri
pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari
inersinya. (2).
4.
Komplikasi
- Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok
akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis
pasca persalinan.
- Pada janin biasanya terjadi persalinan
premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)
5.
Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan
tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan
dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama
biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya
telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak
kehamilan 20 minggu segmen bawah
uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi
perdarahan darah berwarna
merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari
karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan
perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta
makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada
plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada
plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai. (
Wiknjosostro, 1999 : 368 )
6. Pemeriksaan diagnostic
1)
Anamnesis.Perdarahan
jalan lahir pada
kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama
pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis,
melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
2) Pemeriksaan
Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3) Pemeriksaan
In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.
4) Penentuan
Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak langsung
dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi
penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak
menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa
nyeri. (Wiknjosostro, 2005)
5) Pemeriksaan
Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta
atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta
letak rendah.
6) Diagnosis
Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan
perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat
banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO
sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin, 2001)
7. Penatalaksanaan
a.
Terapi ekopektif
1)
Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak
terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui
kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan
klinis dipantau secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
a)
Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b)
Belum ada tanda-tanda inpartu.
c)
Keadaan umum ibu cukp baik.
d)
Janin masih hidup.
2)
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic
profilaksis.
3)
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi
plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
4)
Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
a)
MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6
jam.
b)
Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
5)
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes)
dan hasil amniosentesis.
6)
Bila setelah usia
kehamilan diatas 24 minggu, plasenta
masuh berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa
menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
b.
Terapi aktif
1)
Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif
tanpa memandang maturnitas janin.
2)
Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara
menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO
jika:
a)
Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim
operasi telah siap.
b)
Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
c)
Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital
mayor (misal: anensefali).
d)
Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh
melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Cara menyelesaikan
persalinan dengan plasenta previa adalah:
1)
Seksio sesarea
a)
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah
untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.
b)
Tujuan seksio sesarea.
Ø
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus
dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Ø
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan
pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
c)
Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud
pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.
GAMABAR !!!
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta.
Jakarta : Penerbit Media Aesculapius
FKUI
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2.
EGC : Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I .
EGC : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Buku Panduan Praktis
Maternal dan Neonatal. 2002.
YBSP : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP:
Jakarta