Senin, 18 April 2016

teknik menyusui yang benar

 

Teknik menyusui yang benar



A.    Cara menyusui yang baik dan benar 
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan / perawat perlu mamberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah.

Cara-cara menyusui yang baik dan benar yakni sebagai berikut:
a.    Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
b.    Keluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian dioleskan pada putting susu dan areola.
c.     Jelaskan  pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya
Empat hal pokok yakni :
1.      Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
2.      Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya kearah putting susu.
3.      Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
4.      Untuk BBL : ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, disamping kepala dan bahu.
d.    Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakanlah ibu jari untuk membentuk puting susu demikian rupa sehingga mudah memasukkannya ke mulut bayi.
e.     Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara menyentuhkan bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi mulut bayi.
f.     Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
g.    Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakkan bayi segera ke payudara dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakkan ke mulut bayi
h.    Arahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu hingga dagu bayi menyentuh payudara
i.      Perhatikanlah selama menyusui itu.

      Teknik Melepaskan Hisapan Bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan hisapan bayi dengan  cara :
a.                   Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi
b.                  Menekan dagu bayi ke bawah
c.                   Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka
d.                  Jangan menarik putting susu untuk melepaskan.

Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI
Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawanya bayi sebelum menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara :
a.                  Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan sampai bayi bersendawa.
b.                  Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya
B.     Ciri-ciri bayi menyusu dengan benar
1.      Bayi tampak tenang
2.      Badan bayi menempel pada perut ibu
3.      Dagu bayi menempel pada perut ibu
4.      Mulut bayi terbuka cukup lebar
5.      Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
6.      Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas daripada di bagian bawah mulut bayi
7.      Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan tidak ada bunyi.
8.      Putting susu tidak merasa nyeri.
9.      Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus.
10.   Kepala bayi tidak ada posisi tengadah.

C.    Posisi menyusui
1.      Posisi menyusui ibu bersalin normal
Ibu yang melahirkan secara spontan bias lebih leluasa dalam memilih memilih posisi meyusui,sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi duduk yang dipilih:
-          Gunakan kursi yang nyaman
-          Upayakan telapak kaki menginjak lantai
-          Gunakan dingklik (bangku kecil) sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung
2.      Posisi menyusui ibu yang melahirkan melalui persalinan Seksio Caesaria (SC)
Football position adalah posisi menyusui yang disarankan untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan SC. Pada posisi ini:
-          Tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu.
-          Upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara dan membentuk garis lurus dengan badan bayi
-          Posisi ini aman karena bawah perut ibu yang masih nyeri akibat operasi dapat terlindungi
-          Posisi ini merupakan pososo yang paling nyaman bagi ibu maupun bayinya.
3.      Posisi menyusui ibu dengan bayi kembar
Sama dengan ibu yang melahirkan melalui persalinan SC, Football position juga tepat untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disuse bersamaan kiri dan kanan, dengan cara:
-          Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti memegang bola.
-          Letakkan tapat dibawah payudara ibu.
-          Posisi kaki bayi boleh dibiarkan menjuntai keluar.
-          Untuk memudahkan, kepala bayi diletakkan pada satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu.
-          Dengan demikian ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja.
-          Cara lain adalah dengan meletekkan bantal diatas pangkuan ibu.
4.      Posisi menyusui ibu dengan ASI berlimpah
Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak, dengan cara:
-          Ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi diletakkan diatas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau
-          Bayi di tengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi ini, maka bayi tidakakan tersedia


1)  The Cradle
Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Bagaimana caranya? Pastikan punggung Anda benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut Anda, sampai kulitnya dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan tubuhnya menghadap ke arah Anda, dan letakkan kepalanya pada siku Anda.
2)  The cross cradle hold.
Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala, mirip dengan posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan puting payudara kecil.
3)  The football hold.
Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal untuk menopang bayi.
4)  Saddle hold.
Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk menyusui dalam posisi duduk. Ini juga bekerja dengan baik jika bayi Anda memiliki pilek atau sakit telinga. Caranya, bayi Anda duduk tegak dengan kaki mengangkangi Anda sendiri.
5)  The lying position.
Menyusui dengan berbaring akan memberi Anda lebih banyak kesempatan untuk bersantai dan juga untuk tidur lebih banyak pada malam hari. Anda bisa tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda.



E.     Masalah-masalah dalam pemberian ASI
Masalah masalah menyusui pada bayi:
1.      Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
2.      Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
1.      Bayi menolak menyusu
2.      Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar
3.      Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
1.      Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
2.      Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
3.      Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
4.      Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
     Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
1.      Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
2.      Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
5.      Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
1.      Posisi bayi duduk.
2.      Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3.      Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4.      Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-langit).
6.      Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.

7.      Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.

8.      Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.

9.      Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.

10.  Menyusui dalam Keadaan Darurat
Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat berkurang; makanan pengganti ASI tidak terkontrol.
Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat tersebut antara lain: pemberian ASI harus dilindungi pada keadaan darurat, pemberian makanan pengganti ASI (PASI) dapat diberikan dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila memungkinkan pemberian PASI tidak menggunakan botol.
Masalah masalah menyusui pada ibu :
1.      Ibu Melahirkan Dengan Bedah Sesar.
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada juga yang mempunyai keinginan kuat untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak langsung antara lain: pengaruh pembiusan saat operasi, psikologi ibu.
Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya. Hal yang perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :
a.       Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui.
b.      Cari posisi yang nyaman untuk menyusui seperti : lying flat on your back, clutch (football) hold, side lying, cross cradle (transition) hold.
c.       Mintalah dukungan dari keluarga.
d.      Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan ASI.
2.      Ibu Sakit.
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang lain untuk mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan istirahat yang cukup.
Periksalah ke tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI maupun bayi.
3.      Ibu Penderita Hepatitis (hbsag +) Dan Ibu Penderita Hiv/Aids (+).
Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis melalui ASI dari ibu penderita kepada bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS atau Hepatitis tidak diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat: ibu penderita tetap dianjurkan memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara lain: alasan ekonomi, aspek kesehatan ibu.
4.      Ibu penderita TBC paru.
Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman TBC tidak ditularkan melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis. Pengobatan pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi dengan vaksinasi BCG.

5.      Ibu penderita diabetes.
Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula darahnya tetap dimonitor.
6.      Ibu hamil.
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak membahayakan bagi ibu maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat dialami antara lain: puting susu lecet, keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah dan dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.

gambar teknik menyusui yang benar








DAFTAR PUSTAKA


-          Suherni, dkk. 2009.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Fitramaya
-          Maryunani, Anik.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Pospartum).Jakarta:TIM
-          http://www.kti-skripsi.com/2010/04/kti-k1ebidanan-cara-menyusui.html
-          http://www.google.com/images?um....
-          http://www.lusa.web.id/masalah-menyusui-pada-bayi/
-          http://bayidananak.com/2010/03/29/beberapa-posisi-menyusui-yang-benar/
-          http//www.mantri-suster-co cc/2010/01/sap-teknik.menyusui –yg-baik-dan benar-html